KHOIRUNNAS ANFA'UHUM LINNAS
Headlines News :

Text-Ads


ShoutMix chat widget

Latest Post

Kaum Sarungan

Written By joyojuwoto on Kamis, 12 September 2024 | 17.31

Kaum Sarungan
Oleh: Joyo Juwoto

Santri atau identik dengan sebutan kaum sarungan ini sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat semenjak dulu. Kaum sarungan ini membaur di tengah masyarakat dan mengambil peran yang cukup signifikan dalam peradaban bangsa dan negara. 

Hampir di setiap wilayah, hampir pasti dijumpai makam, petilasan, tempat-tempat yang dijadikan punden masyarakat, dan itu merujuk pada seorang tokoh Kiyai atau orang yang dituakan yang babad desa membangun sebuah peradaban. Ini adalah bukti bahwa kaum sarungan tidak terpisahkan dari masyarakat.

Kaum sarungan ini memiliki semboyan Urip iku urup, urip iku urap. Menurut istilah sekarang, hidup itu harus menyala bosku, hidup itu harus berbaur dengan masyarakat dan tidak terpisahkan dengan masyarakat. 

Secara kesantrian, merujuk pada kajian-kajian turots al Islamiyah yang biasa dideras santri, merujuk pada sebuah hadits Nabi bahwa sebaik-naik manusia adalah yang bermanfaat untuk sesama, hal ini memotivasi kaum sarungan untuk selalu berbuat yang bermanfaat untuk umat. 

Diakui atau tidak, Kiyai, santri selalu mengedepankan bakti untuk negeri, berdarma untuk bangsa, dengan dedikasi yang tinggi dan keikhlasan yang luar biasa, bahkan sebelum negara ini secara formal terbentuk.

Santri adalah sebuah identitas yang lengkap, oleh karena itu santri harus serba bisa. Santri ketika terjun di masyarakat bisa menjadi petani, bisa menjadi tukang kayu, bisa menjadi birokrat, pengusaha, politisi, dan menjadi apapun. Namun yang lebih penting dari itu santri haruslah menjadi pengayom masyarakat. 

Oleh karena itu jika santri terjun ke masyarakat jangan sampai jiwa santrinya lepas, karena dari jiwa santri inilah yang akan memancarkan nilai-nilai kebaikan dan keberkahan dalam kehidupan. Ya, kebaikan, keberkahan, dan ridho Tuhan adalah hal yang sangat diperjuangkan oleh seorang yang berjiwa santri.

Jiwa santri akan selalu mengacu pada nilai keikhlasan lillahi ta'ala dalam segala amal perbuatannya, yang dicari santri adalah keberkahan dunia akhirat karena pada dasarnya kaum sarungan ini kakinya menginjak bumi, tapi hatinya melangit di ketinggian sidratil muntaha.


Bangilan, 13 September 2024

Mbah Yai Sarbini al-Lengkongy

Written By joyojuwoto on Jumat, 02 Agustus 2024 | 16.28


Mbah Yai Sarbini al-Lengkongy
Oleh: Joyo Juwoto

Mbah Yai Sarbini tedak turun Sunan Giri
Tebuireng tempat nyantri
Pada Hadratus Syekh Hasyim Asy'ari Sang Guru sejati

Mbah Sarbini
Kiai sederhana dekat dengan jelata
Penyuka rokok dan kopi
Sebatang rokok, secangkir kopi
Sehari terbagi tiga kali
Pagi siang dan sore hari

Mbah Sarbini istiqomah dalam mengaji
Iqna' Kitab yang dikaji 
Jama'ah lima waktu tiada henti

Mbah Sarbini penguasa ilmu falak yang mumpuni
Pembaca rahasia lauhil mahfud
Daun yang  jatuh pun bisa terprediksi pasti

Mbah Sarbini Kiai wali pewaris ilmu para Nabi 


Bangilan, 4/6/24

Ziarah Ke Pusara RA. Kartini di Rembang

Written By joyojuwoto on Kamis, 16 Februari 2023 | 22.08

Ziarah Ke Pusara RA. Kartini di Rembang
Oleh: Joyo Juwoto

Usai sowan dari Gus Mus di Leteh Rembang, saya Mas Rosyid dan Mas Nahrus ada keinginan untuk ziarah ke pusara tokoh emansipasi kaum perempuan, RA. Kartini yang masyhur dengan karya tulisnya yang berjudul "Habis gelap terbitlah terang".

Awalnya kami mengira makam beliau ada di pusat kota Rembang atau dekat dengan pantai Kartini, namun kami salah, makam RA. Kartini ternyata ada di desa Bulu Kec. Bulu Kab. Rembang, sekitar 17 KM ke arah selatan dari kota Rembang di jalur jalan raya Rembang-Blora.

Sepanjang perjalanan menuju arah Blora, saya membayangkan apa yang di tulis oleh Pram, dalam gadis Gadis Pantai. Sebuah roman yang menggambarkan bagaimana nasib seorang gadis yang dipaksa menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak dikenalnya, dan hanya diwakili oleh sebilah keris yang nantinya menghantarkan Sang Gadis ke dalam tembok belenggu adat yang merantai kemerdekaannya. Dan hal seperti ini sangatlah lumrah terjadi pada kala itu, semua memakluminya.

Seakan sudah menjadi suratan nasib dan garis takdir yang menganggap kaum perempuan sebagai konco wingkingnya kaum laki-laki. Budaya feodal dan patriarki inilah yang dijadikan lawan bagi kemerdekaan dan kesetaraan kaum perempuan yang diperjuangkan oleh RA. Kartini.

Dalam teori startifikasi sosial, masyarakat kala itu terbagi menjadi kaum priyayi dan masyarakat jelata. Kaum priyayi dianggap memiliki derajat yang lebih luhur dibandingkan dengan rakyat, sehingga mereka seakan dianggap sah menguasai hal ihwal rakyat. 

Di sampul belakang buku roman Gadis Pantai ada sebuah kalimat yang sangat menusuk hati. 

"Mengerikan bapak, mengerikan kehidupan priyayi ini...Ah tidak, aku tak suka pada priyayi. Gedung-gedungnya yang berdinding batu itu neraka. Neraka. Neraka tanpa perasaan".

Lihatlah bagaimana seorang priyayi Jawa saat itu bisa dengan seenaknya mengambil seorang gadis untuk dijadikan gundiknya, menjadi Mas Nganten yang hanya sekedar untuk melayani "kebutuhan" seks priyayi tersebut. Benar-benar mengerikan.

Kita patut bersyukur, kaum perempuan Nusantara patut berterima kasih dan nyekar ke pusara RA. Kartini, kunjungi makamnya, usap nisannya, bawakan bunga, bacakan doa, dan kirimkan hadiah Fatihah buat beliau. 

Kartini adalah salah satu tokoh yang punya kepedulian terhadap nasib bangsanya, nasib kaumnya yang ditindas atas nama  konsep otak-atik kata yang menempatkan wanita berasal dari kata wani ditata. Tapi, wanita jangan hanya wani ditata saja, wanita hari ini juga harus siap wani nata, demi sebuah kata perjuangan emansipasi kaum perempuan. 


Bangilan, 17 Februari 2023

Bahaya Faham Pluralisme di Era Modern 2

Written By joyojuwoto on Senin, 31 Januari 2011 | 16.03

Dalam kitab “Vonis Kafir”, Ustadz Mas’ud Izzul Mujahid Lc menyebut adanya sembilan Pembatal Keimanan yang disepakati oleh para ulama. Ketika menerangkan Pembatal Keimanan nomor lima yang berjudul “Tidak Mengkafirkan Orang-orang Musyrik, atau Ragu Terhadap Kekafiran Mereka, atau Membenarkan Mazhab Mereka,” beliau menulis sebagai berikut:

Siapa saja yang meragukan kekafiran orang-orang kafir berarti ia telah meragukan ayat-ayat Al-Qur’an, sedangkan orang yang meragukan kebenaran Al-Qur’an dihukumi kafir.

Bahaya Faham Pluralisme di Era Modern 1

Kondisi dunia dewasa ini sangat sesuai dengan gambaran Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم lima belas abad yang lalu:
Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda: "Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti tradisi/kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak-pun kalian pasti akan mengikuti mereka." Kami bertanya; "Wahai Rasulullah, apakah mereka itu kaum Yahudi dan Nasrani?" Beliau menjawab: "Siapa lagi kalau bukan mereka." (HR. Muslim, No. 4822)

welcome

Written By joyojuwoto on Rabu, 29 Desember 2010 | 06.57

selamat datang di web www.joyojuwoto.co.cc

Written By joyojuwoto on Selasa, 28 Desember 2010 | 12.29

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. KHOIRUNNAS ANFA'UHUM LINNAS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger